Selasa, 18 Maret 2008

Sistem Pendidikan Islam

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
oleh : A. Dt. Kari
terasfakta,
A. Pendahuluan

Pendidikan Islam menjadi isu penting sepanjang sejarah kehidupan umat manusia secara keseluruhan, itu sebabnya perbincangan seputar pendidikan Islam baik secara Internasional, Nasional, Regional dan lokal. Karena pendidikan Islam memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia.
Kenyataan di atas muncul karena pendidikan Islam terbukti berabad-abad mampu melakukan perubahan terhadap perbaikan umat manusia, pendidikan Islam yang universal didalamnya memandang manusia secara paripurna dengan berbagai aspek yang melatar belakanginya.
Sistem pendidikan Islam di sandarkan pada suatu kenyataan bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu sebagaimana sabda Rasulullah yang sebagiberikut:
“menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (H.R.Ibnu Hadi dan Baihaqi)
Allah SWT mewajibkan setiap muslim menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu yang dibutuhkan dalam berbagai aktifitas kehidupan, karena itu pendidikan Islam merupakan sesuatu yang terstruktur, terprogram dan sistematis.tujuannya adalah agar manusia berkepribadian Islam.

PENGERTIAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
Pengertin Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “sistema”, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Istilah sistem dipakai untuk menunjuk beberapa pengertian sebagaimana dicontohkan oleh Fuad Ihsan misalnya[1] :
Diapakai untuk menunjuk adanya suatu himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan secara alamiah maupun oleh budidaya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat terpadu. Misalnya sistem tata surya.
Sistem dapat menunjuk adanya alat-alat atau organ tubuh secara keseluruhan yang secara khusus memberikan andil terhadap berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit namun amat vital. Misalnya sistem syaraf.
Sistem dapat dipakai untuk menunjuk sehimpunan gagasan atau ide yang bersusun dan terorganisasi sehingga membentuk suatu kesatuan yang logis. Misalnya sistempemerintahan demokratis.
Sistem dapat digunakan untuk menunjuk suatu hipotesis atau uraian suatu teori. Misalnya pendidikan sistematis.
Sistem dapat digunakan untuk menunjuk pada suatu cara atau metode. Misalnya sistem mengetik sepuluh jari, system belajar jarak jauh, system modul dalam pengajaran.
Sistem adalah suatu kesatuan dari komponen-komponen yang masing-masing berdiri sendiri tetapi saling terkait satu dengan yang lain, sehingga terbentuk suatu kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang dinginkan.[2]
Lebih tegas Ramayulis menyatakan bahwa sistem adalah sejumlah elemen (obyek,orang,aktivitas,rekaman,informasi dan lain-lain) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur dan merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang diamati (dapat dikenal wujudnya) sedangkan tujuan tercapai.

Pengertian Pendidikan Islam
Istilah “pendidikan” dalam pendidikan Islam kadang-kadang disebut al-ta’lim. Al-Ta’lim biasanya diterjemahkan dengan “pengajaran”. Ia kadang-kadang disebut dengan al-ta’dib. Al-Ta’dib secara etimologi diterjemahkan dengan penjamuan makan atau pendidikan sopan santun.[3]
Sedangkan al-Gazali menyebut “pendidikan” dengan sebutan al-riyadhat dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olah raga atau pelatihan. Term ini dikhususkan untuk pendidikan masa kanak-kanak, sehingga al-gazali men yebutnya dengan riyadha alshibyan[4]
“Sekarang pendidikan Islam disebut Tarbiyah Islamiyah”.[5] Menurut Athiyah Abrasyi al-Tarbiyah adalah term yang mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan. Ia adalah upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna etika, sistimatis dalam berfikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi pada yang lain. Berkompetensi dalam mengungkap bahasa lisan dan tulis, serta memiliki beberapa keterampilan.[6]
Lebih lanjut Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun tulisan.[7]
Merimba juga memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju kepada erbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam.[8]
Dari beberapa pengertian tentang sistem dan pendidikan Islam di atas maka pemakalah menyatukan dari pengertian tersebut bahwa sistem pendidkian Islam adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsure-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product). sebagai contoh, tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen, antara lain jaringan daging, otak, urat-urat, darah, syaraf dan tulang-tulang. Setiap komponen-komponen itu mempunyai fungsi sendiri-sendiri (fungsi yang berbeda-beda), dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kebulatan atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pemakalah berkesimpulan bahwa sistem adalah satu kesatuan yang utuh dari seluruh bagian-bagian yang terkait dengan proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Keutuhan dari seluruh komponen pendidikan sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan, namun apabila salah satu komponen tidak utuh maka tujuan pendidikan sulit tercapai secara maksimal. Begitu juga halnya dengan system pendidikan Islam tentunya seluruh komponen yang terkait dengan pendidikan Islam berupa satu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dan begitu juga saliknya jika selurug komponen pendidikan Islam ada yang tidak berjalan maka tujuan akan sulit tercapai.

CIRI-CIRI SISTEM DAN KOMPONENNYA

Pendidikan Islam merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan Islam. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga hal pokok, yaitu , unsur masukantujuan, unsure proses usaha itu sendiri, dan unsure hasil usaha.[9] Senada dengan yang dikemukakan Ramayulis yang dikutip dari JW. Getzel and E.G. Guba menyatakan pada umumnya sistem social mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan (interpendent) antara satu sama lainnya.
b. Berorientasi pada tujuan (goal oriented) yang telah ditetapkan.
c. Didalamnya terdapat peraturan-peraturan tatatertib berbagai kegiatan dan sebagainya.[10]
Selanjutnya Ramayulis membagi unsur tersebut menjadi empat bagian yaiyu :
1). Kegiatan Pendidikan yang meliputi : pendidikan diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain.
2). Binaan pendidikan, mencakup : jasamani, akal, dan qalbu.
3). Tempat pendidikan, mencakup : rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
4). Komponen pendidikan, mencakup: dasar, tujuan pendidikan, peserta didik, materi, metode, media dan evaluasi.
Dari pendapat pakar pendidikan di atas pemakalah lebih cenderung pada pendapat Ramyulis yang membagi system pendidikan tersebut atas empat unsur, karena pendapat pertama masih bersifat parsial sementara dalam pendidikan Islam harus mewakili keseluruh unsure yang terkait, seperti adanya dasar pendidikan, otomatis dasar pendidikan Islam akan jauh berbeda dengan dasar pendidikan pada umumnya.

P.H. Combs (1982) sebagaimana dikutip oleh Fuad Ihsan mengemukakan dua belas komponen pendidikan seperti berikut[11]:
a. Tujuan dan Priorits
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang apa yang hendak dicapai oleh system pendidikan dan urutan pelaksanaannya. Contohnya ada tujuan umum pendidikan, yaitu tujuan yang tercantum dalam perundang-undangan negara, yaitu tujuan pendidikan Islam, ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga tingkat pendidikan dan tujuan program, seperti S1, S2, S3 dan lain-lain.
b. Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan system pendidikan. Contohnya, berapa umurnya, berapa jumlahnya, bagaimana tingkat perkembangannya, pembawaannya, motivasinya untuk belajar, dan social ekonomi orang tuanya.
c. Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan, contohnya, pemimpin yang mengelola sistem itu bersifat ototiter, demokratis, atau laissez-faire

d. Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan. Contohnya, pembagian waktu ujian, wisuda, kegiatan perkuliahan, seminar, kuliah kerja nyata, kegiatan belajar mengajar dan program pengalaman lapangan.
e. Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Juga mengarahkan dan mempolakan kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan.contohnya, isi bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran atau mata kuliah, dan untuk pengalaman lapangan.
f. Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar untuk peserta didik, contohnya pengalaman dalam mengajar, status resminya guru yang sudah diangkat atau tenaga sukarela dan tingkatan pendidikannya.
g. Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih menarik dan lebih bervariasi. Contohnya film, buku, papan tulis, peta.
h. Fasilitas
Fungsinya untuk terselenggaranya proses pendidikan. Contohnya, gedung dan laboratorium beserta perlengkapannya.
i. Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan. Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif. Contohnya, pola komunikasi satu arah, artinya guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah, peserta didik mendengarkan dan mencatat; atau pola komunikasi dua arah, artinya ada dialog antara guru dan peserta didik.
Pada pola terakhir ini peserta didik banyak yang mempunyai kesempatan untuk bertanya, mengajukan pendapat kepada guru, teman-teman yang duduk dikiri-kananya, atau antar peserta didik.
Contoh yang lain, teknik yang digunakan guru tidak pernah menggunakan alat bantu belajar, hanya berceramah.
j. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan. Contohnya, peraturan tentang penerimaan anak/peserta didik dan staf pengajar, peraturan ujian, dan penilaian.
k. Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penampilan sistem pendidkan. Contohnya, dulu bangsa Indonesia belum mampu membuat kapal terbang dan mobil tetapi sekarang bangsa Indonesia sudah pandai, sebelun tahun 1980-an, kebanyakan perguaruan tinggi di Indonesia belum melaksanakan sitem Satuann Kredit Semester (SKS), sekarang hampir seluruh perguruan tinggi telah melaksanakannya.
l. Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang efesiensi sistem pendidikan.contohnya sekarang biaya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antar keluarga, pemerintah dan masyarakat.

D. PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI SUATU SISTEM

Pendidikan merupakan system tersendiri di antara berbagai system di dunia ini, kendatipun ada perinciannya dan unsure-unsurnya yang bersamaan. Dia merupakan system tersendiri, baik tentang cakupannya maupun tentang kesadarannya terhadap detak-detak jantung, goresan hati, karsa dan rasa manusia.[12]
Dari berbagai literature tampaknya Pendidikan Islam sebagai suatu sistem tidaklah sama dengan system pendidikan kontemporer pada umumnya. Hal ini juga disinyalir oleh Ramayulis “ pendidikan Islam memiliki system yang berbeda dengan system pendidikan lain.[13] Namun pendidikan Islam yang didasrkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi tidak menyebutkan secara spesifik tentang system pendidikan
Pendidikan Islam yang akan mencorakkan masyarakat Islam bukanlah sistem pendidikan yang berasaskan sesuatu yang asing dari pada Islam, diimport dari Barat atau yang telah disempurnakan dengan memasukkan beberapa unsur Islam ke dalamnya kerana sebagai contoh kebanyakan sistem yang ada gersang akan aspek-aspek kerohanian

PERBEDAAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DENGAN SISTEM PENDIDIKAN NON ISLAM

Islam dengan ajarannya yang universal memiliki sistem yang berbeda secara mendasar dengan sistem non Islam. Sesuai dengan namanya (Islam dan Non-Islam), dalam kontek pendidikan perbedaan keduanya menurut Ramayulis terletak pada :[14]
1. Sistem Idiologi
Islam memiliki idiologi al-Tauhid yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan non-Islam memiliki berbagai macam ideologi yang bersumberkan dari isme-isme materialis, komunis, ateis, sosialis,kapitalis dan sebagainya. Dengan begitu maka perbedaan kedua sistem tersebut adalah muatan ideologinya yang ingin dicapai.
Apabila ide pokok ideologi Islam harus berdasarkan al-Tauhid pula. Makna tauhid bukan hanya mengesakan Tuhan seperti yang dipahami oleh kaum monoteis, melainkan juga meyakinkan kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of menkind), kesatuan tuntutan hidup (unity of purpose of lifea), Dengan kerangka dasar al-Tauhid ini maka pendidikan Islam tidak akan ditemui tindakan yang dualisme, dikotomi bahkan sekularis. Sistem pendidikan Islam (mencakup: pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, tujuan, media dan sebagainya) menghendaki adanya integralisme yang menyatukan kebutuhan dunia dan akhirat, jasmani dan rohani dan system kehidupan lainnya. Jadi, dibidang ideology sastem pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan non-Islam, tetapi dibidang teknik-operasional barangkali keduanya sama.
2. Sistem Nilai
Pendidikan Islam bersumber dari nilai Al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan pendidikan non-Islam bersumberkan dari nilai yang lain. Formulasi ini relevan dengan kesimpulan di atas, sebab dalam ideologi Islam itu bermuatan nilai-nilai dasar Al-Qur’an dan Sunnah, sebagai sumber asal dan ijtihad sebagai sumber tambahan. Pendidikan non-Islam sebenarnya ada juga sumber nilainya, namun sumber nilainya hanya dari hasil pemikiran, hasil penelitian para ahli, dan adat kebiasaan masyarakat.
Ketiga nilai tersebut yang dipindahkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
3. Orientasi Pendidikan
Pendidikan Islam berorientasi kepada duniawi dan ukhrawi, sedangkan pendidikan non-Islam,orientasinya duniawi semata. Di dalam Islam antara dunia dan akhirat merupakan kelanjutan dari dunia, bahkan suatu mutu akhirat konsekwensi dari mutu kehidupan dunia. Segala perbuatan muslim dalam bidang apapun memiliki kaitan dengan akhirat.
Islam sebagai agama yang bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan), dunia…( Al-Qur'an)
Untuk ini Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjalin hubungan yang erat dengan Allah dan sesama manusia. Dalam hubungan ini Saltut melihat bahwa ajaran Islam itu pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok yaitu aqidah dan syari’ah. Muslim sejati disisi Allah ialah orang yang beriman dan melaksanakan syari’ah. Barang siapa beriman tanpa bersyari’ah atau sebaliknya bersyari’ah tanpa beriman niscaya tidak akan berhasil.
Berdasarkan hal tersebut pendidikan Islam berfungsi untuk menghasilkan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di dunia dan kehidupan yang indah di akhirat serta terhidar dari siksaan Allah yang Maha Pedih.
Perbedaan dengan pendidikan Barat yang bertitik tolak dari filsafat pragmatisme, yaitu yang mengukur kebenaran menurut kepentingan waktu, tempat dan situasi, dan berakhir pada garis hajat. Filsafat ilmunya adalah kegunaan/utilitas. Fungsi pendidikan tidaklah sampai untuk menciptakan manusia yang dapat menempuh kehidupan yang indah di akhirat, akan tetapi terbatas pada kehidupan duniawiyah semata.
Secara faktual Pada wilayah kenyaatan Krisis Kehidupan multidemensional yang menggerogoti manusia dewasa ini seperti : kemiskinan, ebodohan dan keterbelakangan, kedzaliman, dekadensi moral dan lain sebagainya merupakan imlikasi dari kehidupan global.
Sistem pendidikan sekularistik seperti, ekonomi kapitalistik, pendidikan materialistik, gaya hidup individualistic, budaya hedonoistik adalah merupakan akar dari pada permasalahan dengan sistem pendidikannya.
Namun Islam memberikan solusi yang sangat fundamental terhadap perubahan dan tantangan yang tengah dialami umat manusia, dalam hal ini dapat dilihat dari sistem pendidikan Islam yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Baik dalam mengahadapi masalah ekonomi, social, politik, budaya, pendidikan, maka system pendidikan islam harus terkait dan saling bersinergi yaitu kehidupan masyarakat, sekolah dan keluarga.
Allah berfirman dalam Surah Syura ayat:13
Artinya : “ Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama[1340] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”.[15]

FirmanNya lagi dalam surah al-Rum: 30
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],[16]
F. Prinsip-Prinsip Sistem Pendidikan Islam
Islam pada prinsipnya memiliki system pendidikan yang komprehensif, hal ini tergambar pada dalil-dalil berupa Al-Qur’an dan Hadits atau perbuatan Nabi: “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w betul-betul merupakan prestasi nyata bagi Al-Qur’an.[17]
Prinsi Ukhuwah
Islam juga mengajarkan sikap saling menghormati antara berbagai komunitas manusia beriman (QS. 6:108). Dalam kehidupan sosial, sikap ini ditunjukkan dengan sikap saling menolong/bekerja sama tanpa diskriminasi keyakinan dan perilaku yang salah.Di samping itu, Islam pun mengajarkan keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam dalam diri manusia, sehingga kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah (sunnatullah) dari prinsip tersebut.
Prinsip Rahmatan lil’Alamin,
Pendidikan Islam, dari semua jenjang dan jalur, mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan dan penguatan perilaku-perilaku Rahmatan lil ‘Alamin, universal yang pada gilirannya akan mampu menciptakan peradaban atau kebudayaan yang disebut oleh al Qur’an sebagai baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Prinsip Akhlakul Karimah
Siti Aisyah ternah pernah ditanya tentang akhlak Nabi s.a.w., ia menjawab: akhlak beliau adalah Al-Qur’an.[18]
Globalisasi, yang ditandai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi telah melahirkan dunia serba maya, batas dan jarak antarnegara, budaya, ideologi menjadi sangat tipis. prinsip akhlaqul karimah berarti: berkaitan dengan kata khalaqun yang berarti kejadian, kata ini mengidentifikasi bahwa orang yang berakhlak mulia memiliki kesadaran sejarah yang tinggi, yakni asal kejadiannya, sejarah perkembangan hidupnya, dan kemudahan serta kesukaran yang pernah diperolehnya, disamping itu akhlak berkaitan dengan khaliq yang berarti pencipta. Dari pengertian ini orang berakhlak berarti orang yang memiliki kesadaran ilahiyah yang tinggi, ini juga memunculkan rasa pengabdian yang tinggi dan rasa tanggungjawab terhadap peningkatan kualitas hidupnya sebagai makhluk mulia, bahkan akhlak yang berkaitan dengan kata makhluk, artinya diciptakan, berarti orang yang berakhlak merupakan orang memiliki kesadaran terhadap posisinya sebagai makhluk Allah, melahirkan sifat kebersamaan dan kesadaran sosial yang tinggi.

Out put pendidikan Islam harus disiapkan sebagai individu yang memiliki integritas tinggi, yang bisa bersyukur dan menyatu dengan kehendak Tuhannya, menyatukan dirinya (tidak terjadi split personality), menyatu dengan masyarakat (tidak ada disintegrasi sosial) dan menyatu dengan alam (tidak membuat kerusakan). Untuk mencapai ke sana, menurut Usman Abu Bakar (2002) sekurang-kurangnya out put pendidikan Islam harus mengarah kepada profil individu yang mempunyai: (1) spiritualitas yang tinggi, (2) ketinggian dan kedalaman ilmu, (3) komitmen kepada profesionalisme dan, (4) komitmen kepada akhlakul karimah.
Dalam hal prinsip ini Ramayulis membagi prinsip pendidikan Islam kepada, prinsip implikasi dari Carateristik manusia meniurut Islam, prinsip integral dan terpadu, prinsip keseimbangan, prinsip universal, serta prinsip dinamis.[19]
Spiritualitas yang tinggi berarti pendidikan Islam sebagai suatu pendidikan yang melatih perasaan terdidik dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, dipengaruhi sekali oleh nilai spiritual mentalnya menjadi begitu berdisiplin. Sehingga mendapatkan pengetahuan bukan semata-mata untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual, atau hanya memperoleh keuntungan material saja, melainkan untuk berkembang sebagai intelektual rasional yang berbudi luhur dan melahirkan kesejahteraan, spiritual, moral dan fisik bagi keluarga, bangsa dan seluruh umat manusia.

Sikap-sikap di atas, menurut Ali Ashraf (1979) berasal dari keyakinan yang mendalam terhadap Allah SWT dan penerimaan seluruh hati atas ketentuan moral yang diberikan oleh-Nya. Keabadian kepentingan dan makna dari ketentuan semacam itu, menurut Ashraf, untuk perkembangan wajar dari seorang manusia rasional dan spiritual dijalani dan dipahami melalui prinsip-prinsip itu dalam alam dan masyarakat, dalam perspektif ini, maka seseorang yang menerima pendidikan Islam tumbuh menjadi pribadi pecinta kedamaian, selaras, mantap dan berbudi luhur dengan keyakinan dan kepercayaan pada belas kasih Allah yang tidak habisnya dan keadilan-Nya yang tak ada tandingannya, serta hidup rukun dan tidak bertentangan dengan alam
Sesuatu sistem pendidikan hanya dapat dianggap sebagai sistem pendidikan Islam apabila segala prinsip, kepercayaan serta kandungannya berasaskan Islam. Pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Quran adalah pendidikan yang menyeluruh, tidak terbatas kepada ibadat dan melupakan tingkah laku, atau memberatkan individu dan melupakan amal, tetapi meliputi segala kehidupan manusia.
G. Penutup


Demikianlah pembahasan makalah yang sederhana ini, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisannya, namun pemakalah dapat mengambil kesimpulan dari sebuah system pendidikan Islam dan beberapa saran untuk kemajuan pendidikan Islam dimasa yang akan datang.

Kesimpulan.

Sisitem pendidikan Islam sangat relevan dengan sistem kehidupan yang berlandaskan kepada al-qur’an dan hadits Nabi s.a.w., dalam mencapai tujuannya yang hakiki. Sistem pendidikan Islam sangat memandang nilai-nilai kemanuaan dengan berbagai kondisi, tantangan serta perubahan zaman yang sangat cepat menggerogoti nilai-nilai kemanusaiaan itu sendiri.

Saran

Sudah seyogiyanya sistem pendidikan mengacu kepada sistem kehidupan Islam secara universal, karena system pendidikan Islam penenkanannya sangat substasial untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dipai dan diusahankan juga sangat jelas, memiliki implikasi potif masa depan kehidupan hakiki.





Daftar Pustaka


Al-Qur’an Digital

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan., Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam Terjemahan Drs. Salaman Harun, Bandung: PT.Alma’arif.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002


[1] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan., Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005., hal. 107-108
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002., hal. 4
[3] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2002.,hal. 2
[4] Op-Cit., hal. 2
[5] Ibid., hal 3
[6] Ibid.,
[7] Ibid
[8] Ibid.,
[9] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005 Hal. 110
[10] Ramayulis, Ibid., hal 4
[11] Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005 hal. 111-113
[12] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam Terjemahan Drs. Salaman Harun, Bandung: PT.Alma’arif., hal. 14
[13] Ramayulis, Ibid., hal. 5
[14] Ramayuis, Ibid., hal. 5-7
[15] Al-Qur’an Digital : 1340]. Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah s.w.t., beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan larangan-Nya.
[16]Al-Qur’an Digital : [1168]. Fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
[17] Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terjemahan Drs. Salman Harun, Bandung. PT. Alma’arif, hal. 13
[18] Muhammad Quthb., Ibid., hal. 13
[19] Ramayulis., Ibid., hal. 11-16

Tidak ada komentar: