Rabu, 28 Mei 2008

Menguak Bayang-Bayang Kesejahteraan

Oleh : Asrarulhaq Dt. Kari
Desakan demi desakan untuk kesejahteraan secara beruntun muncul dalam kehidupan Negara. Dinegara-negara maju tuntutan kesejahteraan tidak terlalu kentara lagi kedengarannya, karena hampir semua orang sudah menikmati dari berbagai segi kehidupan, seperti kekuasaan, hukum, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Tapi di Negara-negara berkembang tuntutan kesejahteraan merupakan harapan yang bersifat angan-angan, kesejahteraan inilah yang perlu dikuak demi kelangsungan hidup sejahtera dimasa depan.
Banyak sudah kebijakan-kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam konsep kesejahteraan, betulkah? Kesejahteraan tidak sekedar sesuap nasi dengan sebidang tanah untuk membangun tempat tinggal. Kesejahteraan social popular dikalangan komentator, pengamat, akademisi, intelektual, kaum cerdik cendikia, tokoh pemuda, tanggapan dan artikel dibeberapa media baik cetak maupun elektronik.
Sebut saja kesejahteraan pendidikan, kesejahteraan kerja, kecukupan, fasilitas hidup, sandang pangan akses informasi, dan komunikasi. Kesejahteraan tidak sekedar menjadi bayang-bayang sulit ditafsirkan ditengah kebangkitan bangsa yang mendapat interpretasi dan makna dari berbagai latar belakang persoalan bangsa yang tengah menghimpit rakyatnya.
Kesejahteraan sebagaimana tercantum dalam UUD 19945 hanya sebagai pelengkap kata suatu konstitusi pada hal kalimat ini justru sebagai wujud dari perjuangan melawan ketidak sejahteraan yang dilakukan musuh-musuh NKRI. Bahkan keasejahteraan menjadi cita-cita luhur pendiri kemerdekaan Republik Indonesia yang diwariskan kepada pemimpin generasi republik sesudahnya.
Perjalanan panjang sejarah untuk kemerdekaan bagi sebuah kesejahteraan hingga bergantinya periodesasi kepemimpinan di Indonesia, mulai dari Orde Lama, Orde Baru dengan paradigma baru, hingga orde reformasi yang membawa perubahan juga demi kesejahteraan. Jawabannya ternyata secara kasat mata hari ini masih banyak elemen penting bangsa ini belum sejahtera, barangkali sebagian kecil telah menikmati kesejahteraan, namun sebagian besar sengsara dengan kesejahteraan yang didengung-dengungkan oleh pembesar – pembesar negeri ini. (kesejahteraan untuk rakyat ?)
Kesejahteraan harus melalui penghematan, perampingan, pengketatan anggaran, jauh dari pemborosan dan hidup bermewah-mewah demi kesejahteraan seluruh elemen bangsa ini, seluruh elemen bangsa ini hemat, be be em hemat, energi hemat, bicara hemat, jajan hemat, pulsa hemat, semuanya dihematkan. Ingat pesan seorang ayah kepada anaknya setelah diberi uang belanja, hemat-hemat ya ananda! Logikanya jika penghematan tersebut dilaksanakan otomatis pemerintah sejahtera walaupun sudah duluan sejahtera, PNS sejahtera, guru honor sejahtera, para ustad sejahtera, para kiyai sejahtera, jama’ah-jama’ah sejahtera, masyarakat petani sejahtera, masyarakat pendidikan sejahtera, masyarakat industri sejahtera, pengusaha sejahtera, dan seterusnya-dan seterusnya.
Bila kesejahteraan tersebut sudah merata, tidak ada lagi istilah prihatin, krisis, tunggakan, sakit jiwa, stres, busung lapar, kemaksiatan, korupsi, karena semua telah sejahtera. Sehingga semuanya dapat berlomba-lomba untuk meningkatkan kebaikan dan keselamatan bersama.
Ternyata selama ini kesejahteraan itu hanya untuk kepentinggan diri sendiri dan golongan, harusnya kesejashteraan tersebut merata mulai dari eselon elit hingga eselon akar rumput (rakyat badarai). Namun persoalannya siapa yang akan melaksanakan pemerataan kesejahteraan? Pertanyaan ini seharusnya tidak muncul lagi dibelahan negeri ini karena sudah ada lembaga-lembaga yang mengurusnya, apalagi telah ditempatkan orang-orang yang profesional, bertanggung jawab, hebat-hebat, kemampuan control mereka dilakukan dengan sehat, jujur dan objektif. Sementara demokrasi di Indonesia ini juga telah mendukung, yaitu demokrasi yang sarat dengan kebebasan, keterbukaan dan partisipasi aktif.
Praktisi politik kita telah banyak yang hebat, praktisi hukum, sosial, ekonomi kita hebat, pelaku ekonomi kita juga telah hebat, tokoh pemuda kita hebat, guru kita hebat, wawasan kita hebat, LSM kita hebat, semuanya hebat, apalagi? Otomatis kesejahteraan kita hebat, wallahua’lam.

Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana IAIN IB Padang

Tidak ada komentar: