Jumat, 11 Juli 2008

PROSPEK KEWIRAUSAHAAN

A.Dt. Kari
(Bagian Pertama)
Haq Padang,Indonesia dihadapkan dengan tantangan untuk memajukan kesejahteraan umum, dituntut untuk semua warga Negara mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang layak kamanusiaannnya. Dalam konteks ini Indonesia masih dalam hiruk pikuk memperingati hari kemerdekaan yang ke 61, pada saat yang sama indoneia dihadapkan dengan persaingan dunia global yang begitu kompetitif dan semakin ketat. Ini adalah masalah besar uang dihadapi bangsa Indonesia. Matarantainya yang sanagat luar biasa beratnya, pertama adalah rendahnya pendidikan, pemuda Indonesia yang jumlahnya 79, 8 juta berdasarkan sensus tahun 2003, masih ada 2,3 % pemuda yang berusia 15 s/d 35 tahun masih buta huruf. Kondisinya seperti itu. Kemudian mendekati angka 51 % dari mereka pemuda usia 15 s/d 35 tahun itu pendidikannya hanya tamat SD dan tidak tamat SD saja. Mereka yang tamat SLTP itu jumlahnya mencapai 17 %, yang SLTA 13 %, lainnya itu adalah siswa SLTA. Nah bagaimana dengan pendidikan tersebut, pendidikan yang diasjarkan adalah untuk bekerja, mencari nafkah atau untuk mencari pekerjaan dari kondisi tersebut sulit untuk mengangkat derajat dan martabat generasi muda berpenghasilan dan pekerjaan yang layak bagi kemasnusiaannya dan memperoleh kesejahteraannya. Kedua pengangguran, pengangguran di Indoneia usia 15 s/d 35 tahun sudah berada diambang batas toleransi karena jumlah pemuda 79, 8 juta pemuda usia 15 s/d 35 tahun itu, 11, 27 juta adalah nganggur absolute. 11 juta 270 ribu pemuda usia 15 s/d 35 tahun terjebak dalam pengangguran absolute. Jumlah pemuda usia 15 s/d 35 tahun yang setengah menganggur bekerja kurang dari 25 jam dalam seminggu berjumlah 31 juta. Totalnya adalah 42 juta lebih pemuda terjebak dalam pengangguran. Artinya lebih dari 50 % pemuda dari 79, 8 juta itu dakam kondisi menganggur. Pengangguran di negara manapun adalah informasi yang luas dan ruang yang luas juga masuknya berbagai pengaruh-pengaruh, destruksi, tidak hanya destruksi sosial, ekonomi tapi destruksi Nasionalisme, ideologi dan politik.
Ketiga kemiskinan, jumlah kemiskinan di Indonesia tidak menurun tapi mengalami meningkat. Jumlah penduduk miskin itu 54 juta naik dari 36 juta menjadi 54 juta tahun 2005. 40 % yang miskin disitu bersemayamnya pemuda yang miskin (terjebak).
Kempat faktor-faktor destruktif mendekati batas pemimpin pemuda dan pemimpin anak-anak bangsa. Diantaranya adalah masalah narkoba, narkoba tidak bisa lagi dianggap sebagai masalah yang ringan. Menurunnya wawsan kebangsaan, wawasan nasional dan lain-lain. Terjadinya kesenjangan antar kelompok pemuda, antar kelompok pemuda kota dengan kelompok pemuda di desa, kesenjangan kelompok pemuda yang berpendidikan Tingga dengan kelompok pemuda yang tidak berpendidikan Tinggi. Terjadi distorsi komunikasi sosial antar generasi (pemuda) debgan generasi tua.

Masalah ekonomi (kemiskinan) dalam konteks global sekarang persaingan antar bangsa sudahy masuk pada level yang lebih tinggi, di era tahun 80-an adalah era industri, era tahun 90-an adalah ekonomic to economic (siapa yang memiliki aktivitas ekonomi tinggi dialah yang menguasai dunia), tapi pada era 2000-an ini dari industi dan ekonomi beralih ke enterprneurs to enterpreneurs siapa negara yang mempunyai basic cultur ernterpruneuship yang dialah yang menguasai dunia. Sekarang yang punya ernterpreneurs yang kuat itu adalah Cina. Dan wajar Rasulullah bersabda “Uthlubul ‘ilma walau bishshin” artinya tuntutlah ilmu walau kenegri cina. Nah masalah pengangguran di kalangan pemuda menjadi ladang subur tumbuhnya masalah-masalah yang lain. Secara akademik dan empirik belum ditemukan negara yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi pengangguran lapangan pekerjaan, pada hal angkatan kerja 2800ribu, logika di indonesia terdapat per peningkatan ekonomi 1 % hanya mampu menyerap angkatan kerja 300 ribu per 1 % peningkatan ekonomi. Nah kalau sekarang peningkatan ekonomi 7 % berarti hanya menyerab 2100ribu, pada hal pertumbuhan angkatan kerja 2,8 apalagi pertumbuhannnya di bawah 6 % apa yang terjadi pengangguran dari 11 juta sekian ditambah dengan angkatan kerja yang baru dibanding dengan yang terjadi dilapangan kerja now way.

GERAKAN NASIONAL KEWIRAUSAHAAN PEMUDA harus menjadi komitmen kolektif setiap penyelenggara negara, penyelenggara pemerintah, semua masyarakat, pemuda dan keluarga.
Merubah sikap dan paradigma pemuda “dari pencari kerja ke pencipta lapangan kerja”.
Kewirausahaan untuk menghidupkan generator ekonomi yang ada di kota dan di desa.

Basis ekonomi :
Sumber Daya Alam : pertanian, kelautan, kejeniusan lokal : pengrajin emas, perak, batu dan lain-lain........(Bersambung)